Rabu, 27 Agustus 2025

Jangan Balas Kejahatan, Hidup dalam Damai

Renungan Firman Tuhan: Jangan Balas Kejahatan, Hidup dalam Damai

📖 Bacaan: Matius 5:44; Roma 12:17–21; 1 Petrus 3:9; Filipi 4:6–8

Naluri manusia sering mendorong kita membalas kejahatan dengan kejahatan. Tetapi Yesus berkata: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:44). Paulus mengingatkan, “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan… janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan” (Rm 12:17,21). Rasul Petrus kemudian melengkapi ajaran ini: “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan atau cacian dengan cacian, tetapi sebaliknya: hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil” (1 Ptr 3:9).

Semua ini hanya mungkin dijalani bila hati kita dipenuhi damai sejahtera Allah. Karena itu Paulus berkata, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan ucapan syukur” (Flp 4:6). Saat kita menyerahkan rasa sakit, dendam, dan kekuatiran kepada Tuhan, damai sejahtera-Nya yang melampaui akal akan menjaga hati kita (Flp 4:7). Lalu pikiran kita diarahkan untuk terus tertuju pada hal-hal yang benar, adil, suci, indah, dan patut dipuji (Flp 4:8).

Dengan demikian, kita dimampukan bukan hanya menolak membalas kejahatan, tetapi melangkah lebih jauh: menjadi saluran kasih, berkat, dan damai di tengah dunia yang sering penuh kebencian. Inilah panggilan kita: hidup berbeda, karena Kristus telah lebih dahulu mengasihi kita.

Doa:
Tuhan, ajar aku menyerahkan semua rasa sakit dan kekuatiranku kepada-Mu. Jagalah hatiku dengan damai-Mu, supaya aku tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan tetap mengasihi, memberkati, dan mendoakan. Jadikan aku saluran kasih-Mu setiap hari. Amin.

Tuhan memberkati kita semua ❤️,
Manuntun Sitinjak


Senin, 25 Agustus 2025

Iman Nyata, Bukan Kepura-puraan

Renungan Firman Tuhan Hari Ini: Iman Nyata, Bukan Kepura-puraan

Bacaan Pertama: 1 Tesalonika 1:2-10
Injil: Matius 23:13-22

Dalam bacaan pertama, Paulus memuji jemaat Tesalonika karena iman mereka nyata dalam perbuatan, kasih mereka tampak dalam usaha, dan pengharapan mereka teguh di tengah tantangan. Hidup mereka menjadi teladan, bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi banyak orang.

Sebaliknya, Injil hari ini memperlihatkan teguran keras Yesus kepada ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka dianggap menutup pintu Kerajaan Surga karena kemunafikan, doa panjang hanya untuk pencitraan, bahkan sampai “menelan rumah janda-janda.” Artinya, mereka tampak religius, tetapi justru merugikan orang kecil dan lemah.

Kedua bacaan ini mengajarkan kita satu pesan penting: iman sejati harus tampak dalam kasih dan ketulusan, bukan sekadar penampilan luar. Iman yang benar membuka jalan bagi sesama untuk semakin dekat dengan Tuhan, bukan sebaliknya.

Hari ini kita diingatkan: Apakah hidup kita menjadi teladan seperti jemaat Tesalonika, atau justru jadi penghalang seperti kaum Farisi? Tuhan memanggil kita untuk sungguh-sungguh hidup dalam kasih dan integritas, sehingga kehadiran kita menjadi terang dan pintu menuju Kerajaan Surga bagi sesama.

Doa:
Tuhan Yesus, tolonglah aku untuk hidup dengan iman yang nyata, kasih yang tulus, dan harapan yang teguh. Jauhkan aku dari sikap munafik, agar hidupku selalu membuka jalan bagi sesama menuju Engkau. Amin.

Tuhan memberkati kita semua ❤️,
Manuntun Sitinjak

#renungan #sabda


Rabu, 20 Agustus 2025

Kemurahan Tuhan dan Kepemimpinan Sejati

Renungan Firman Tuhan Hari Ini: Kemurahan Tuhan dan Kepemimpinan Sejati

Bacaan Pertama: Hakim-hakim 9:6–15
Mazmur Tanggapan: Mzm 21:2–7
Injil: Matius 20:1–16a

Firman hari ini mengingatkan kita tentang dua hal penting: kepemimpinan sejati dan kemurahan hati Allah. Dalam Kitab Hakim-hakim, Yotam menyampaikan perumpamaan pohon-pohon. Pohon yang berbuah menolak menjadi raja karena lebih memilih memberi manfaat bagi banyak orang. Hanya semak duri yang mau berkuasa, tetapi justru membawa ancaman dan kebinasaan. Artinya, pemimpin sejati bukanlah yang mengejar posisi atau kekuasaan, melainkan yang setia melayani dan berbuah bagi sesama.

Dalam Injil Matius, Yesus menggambarkan Allah sebagai Tuan kebun anggur yang murah hati, memberi upah yang sama kepada pekerja meski mereka datang pada waktu berbeda. Hal ini menegaskan bahwa keselamatan adalah anugerah, bukan hasil hitungan jasa manusia. Kita diajak untuk tidak iri hati, tetapi bersyukur karena Allah begitu baik kepada semua orang.

Kedua bacaan ini mengajarkan bahwa hidup kita seharusnya dipenuhi kerendahan hati, pelayanan yang berbuah, serta syukur atas kemurahan Allah yang melampaui logika manusia.

Doa:
Ya Tuhan yang penuh kasih, terima kasih atas sabda-Mu hari ini. Engkau mengingatkanku bahwa kepemimpinan sejati bukan soal kedudukan, tetapi soal pelayanan dan berbuah bagi sesama. Ajari aku agar tidak iri hati, melainkan bersyukur atas kemurahan-Mu yang selalu baru setiap hari. Jadikanlah aku seperti pohon yang berbuah manis, bukan seperti semak duri yang hanya melukai. Bimbing aku agar setiap langkah hidupku mencerminkan kasih, kerendahan hati, dan semangat melayani. Semoga melalui hidup ini, orang lain boleh merasakan kebaikan dan kemurahan-Mu. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.

Tuhan memberkati kita semua ❤️,
Manuntun Sitinjak

#renungan #sabda #pemimpinsejati #melayani #doa

Selasa, 19 Agustus 2025

Gideon yang Merasa Lemah Dipakai Tuhan Membebaskan Israel

Renungan dari Tokoh Alkitab: Gideon yang Merasa Lemah Dipakai Tuhan Membebaskan Israel

Bacaan: Hakim-hakim 6–8

Gideon merasa dirinya lemah, berasal dari suku terkecil di Israel, bahkan ia berkata, “Ah Tuhanku, dengan apakah akan ku selamatkan orang Israel? Sesungguhnya kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye, dan aku pun yang paling muda di antara kaum keluargaku” (Hak. 6:15). Namun justru dalam kelemahan itu, Tuhan memanggil dan meneguhkannya: “Aku akan menyertai engkau” (Hak. 6:16).

Dengan hanya 300 orang, Gideon dipakai Tuhan untuk mengalahkan ribuan pasukan Midian. Kuasa Allah nyata sempurna ketika manusia sadar dirinya terbatas. Gideon adalah bukti bahwa Tuhan bisa memakai siapa saja untuk pekerjaan besar-Nya. Tetapi kita juga diingatkan dari akhir hidupnya, ketika efod yang dibuatnya menjadi jerat bagi Israel, agar kita setia sampai akhir (Hak. 8:27).

👉 Pelajarannya: jangan takut merasa lemah. Tuhan sanggup menyatakan kuasa-Nya dalam hidup kita bila kita taat dan mengandalkan Dia.

Doa:
Ya Tuhan, pakailah kami seperti Gideon, meski lemah, untuk menjadi alat kemenangan-Mu. Teguhkan iman kami agar setia sampai akhir. Amin.

Tuhan memberkati kita semua ❤️,
Manuntun Sitinjak

#renungan #sabda #tokohalkitab