Tampilkan postingan dengan label Pelayanan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pelayanan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 09 Oktober 2009

Mengapa Harus Melayani?


Pada waktu hidupnya di dunia sebagai manusia, Yesus mewartakan kabar gembira tidak dengan membawa kitab Suci atau Taurat ke mana-mana. Tetapi, Ia mewartakan Kerajaan Allah dengan memberikan pelayanan, seperti, mengajar, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, memberi makan orang yang sedang lapar.
Pelayanan Yesus justru sangat kuat berbicara dan mewartakan siapa Dia sebenarnya. Itulah yang menjadi daya pikat mengapa para muridnya mengikuti, meneruskan misi Yesus setelah kematianNya dan kenaikanNya ke surga. Bahkan daya pikat itu tetap berlangsung kini sampai selama-lamanya.
Yesus meminta kita untuk mewartakan Kerajaannya hingga ke ujung bumi dengan cara yang sama.
Ironisnya, sekarang ini, banyak orang yang mewartakan Yesus dengan mulai membahas Kitab Suci, meminta orang untuk dibabtis, sehingga seolah-olah bahwa hal inilah yang utama. Kitab suci dan pembabtisan justru akan semakin dicari, apabila orang Kristen bersedia lebih banyak bersaksi melalui pelayanan.
Mengapa? Karena pelayanan adalah perbuatan kasih, yang jauh lebih kuat berbicara dari pada sekedar kata-kata. Pelayanan dapat dilakukan dari hal-hal yang paling sederhana, termasuk melakukan tugas dengan sebaik-baiknya di tempat kerja, mengunjungi dan mendoakan orang sakit, menolong orang yang sedang kesusahan, menghibur orang yang sedang dalam penderitaan.

Hal inilah yang dilakukan oleh Ibu Theresa di India, sehingga ia begitu dihargai, bahkan saat kematiannya, dia dihargai sebagai pahlawan nasional dan bahkan Internasional.

Apakah kita siap untuk mewartakan Kristus dengan pelayanan kita? Semoga demikian. Amin

Senin, 28 September 2009

Yang Terbesar , Yang Melayani


Jika berbicara mengenai “yang terbesar”, biasanya orang akan terpikir dengan pemimpin, presiden, pejabat, leader dan sejenisnya. Pandangan ini tentunya tidak salah, alias benar. Tapi jika kita berbicara dengan “yang melayani”, kita pasti berbikir dengan office boy, pembantu rumah tangga, pelayan toko, waitress dan sebagainya.
Dalam banyak hal dalam kehidupan manusia, memang yang terbesarlah yang dilayani dan bukan yang melayani. Lalu apa yang terjadi? Muncullah istilah bos, yang maunya dilayani. Lebih disayangkan lagi, bos mulai banyak maunya.

Coba kita pikirkan, kita menikmati banyak hal secara gratis, katakan saja yang palin mendasar adalah udara bebas yang kita hirup setiap saat. Udara tersedia bagi kita, berarti ada yang menyediakan, ada yang melayani. Lalu siapa yang memberikan pelayanan itu? Pastilah Dia sang Maha Pencipta, yang melayani kita dengan penuh kasih. Dialah Yang Terbesar dalam arti yang sesungguhnya.

Nah, bagaimana sekarang, apakah kita mau menjadi pelayan? Jika kita mau menjadi yang terbesar secara personal, maupun secara organisasi, maka kita harus rela melayani, bahkan bukan sekedar melayani, tetapi “melayani dengan penuh kegairahan”.

Selamat menjadi yang terbesar dengan menjadi pelayan bagi semuanya.

Salam,
Stefanus Manuntun Sitinjak