Minggu, 08 September 2024
Mendengarkan dan Bertindak: Pesan Harapan Paus Fransiskus di Indonesia
Minggu, 27 September 2015
MISA DI GERAJA SANTA MARIA GUNUNGSITOLI NIAS - sebuah kesan
Saya sudah bersiap dari pukul 5 pagi karena kemarin di hotel Nasional, Pak Paulus Halawa memberi tahu kalau misa hari Minggu jam 7 dan jam 9. Dan menurut beliau misa pkl 07.00 dalam bahasa Nias.
Limabelas menit sebelum pkl 07.00 saya sudah sampai di gereja dan siap-siap untuk mengikuti misa dalam bahasa Nias, walau saya tidak mengeerti bahasa Nias kecuali "Yahowu" :). Setelah memilih bangku untuk duduk saya langsung berlutut dan berdoa.
Ternyata memasuki lagu pembukaan, ternyata lagunya Bahasa Indonesia dari Madah Bakti, lalu kemudian dilanjutkan dengan Pembukaan dalam tanda Salib. Dan betul, misa berlangsung dengan Bahasa Indonesia, sehingga saya bisa lebih menyimak pesan-pesan liturgi termasuk khotbah yang disampaikan oleh seorang Romo kapusin asal Nias (kalau tidak salah marga Halawa).
Begitu menyayikan lagu pembukaan, saya sungguh merasakan kehadiran dan rangkulan Tuhan Yesus, sehingga air mata saya seolah akan tumpah. Dan memasuki liturgi tobat, tanpa saya sadari, airmata sudah membasahi pipi saya. Aku percaya Bunda Maria tersenyum dan merangkul saya selama misa :). Terima kasih Bunda Maria.
Misa berlangsung sangat hikmat dan para petugas yang kebanyakan anak-anak muda, sangat bersemangat dan terlihat sangat berpengalaman dan rapih.
Pastor menyampaikan khotbah dengan sangat jelas dan menyentuh. Bacaan Kitab Suci dari Bil. 11:25-29; Yak. 5:1-6; Mrk. 9:38-43,45,47-48 .
Mazmur dari Mzm. 19:8,10,12-13,14; dengan referen "SabdaMu ya Tuhan adalah Roh dan Kehidupan". Sungguh semuanya terasa benar-benar menyentuh dan hidup.
Intisari dari khotbah yang disampaikan oleh Pastor adalah:
- Bahwa Seluruh tubuh, jiwa, roh dah kehidupan seorang manusia haruslah seutuhnya menjadi saluran berkat bagi sesama
- Sebagai murid Kristus, orang Katolik harus mencintai Yesus dengan menuruti perintahNya, yaitu: "Mencintai Tuhan dengan segenap hati, segenap pikiran dan segenap kekuatan, dan mencintai sesama seperti diri sendiri".
- Selayaknyalah kita menghargai orang lain dan kelompok lain, dan tidak menganggap diri lebih dari orang lain, atau kelompok sendiri melebihi kelompok lain.
Saya sangat bersyukur dapat mengikuti misa dan menyambut hosti dalam komuni kudus hari ini dan senang sekali saya dapat menyambutnya bersama saudara-dan saudari di Gunungsitoli Nias ini. Semoga suatu saat saya dapat melakukan sesuatu yang berharga untuk melayani saudara-dan saudari yang ada di sini.
Setelah misa selesai saya keluar gereja dan sejenak memandang 3 lonceng besar yang sedang bergoyang dan mengeluarkan bunyi yang sangat nyaring, seolah suara para malaikat yang mengagungkan nama Tuhan, atas karya keselamatan yang boleh berlangsung dan berkembang di Pulau Nias.
Sekian dulu sharing saya saudaraku, Tuhan Yesus memberkati anda semua.
Bunda Maria yang baik hati, mohonkanlah berkat dari Yesus Kristus puteramu untuk diberikan berlimpah-limpah untuk kemajuan, kesejahteraan dan kedamaian di Nias, Indonesa dan seluruh dunia. Amin
Stefanus Manuntun Sitinjak
dari Hotel Nasional Gunungsitoli Nias :)
Minggu, 02 November 2014
MENDOAKAN ARWAH SEMUA ORANG YANG SUDAH MENINGGAL
Gereja Katholik yang kudus yang kita percayai bukan saja hanya beranggotakan orang yang masih hidup di dunia, tetapi orang yang hidupnya sudah di alam sesudah dunia ini. Maka diakui ada tiga kelompok dalam gereja Katholik yaitu:
- Gereja yang masih berziarah, itulah kita yang masih ada di dunia
- Gereja yang menderita, itulah mereka yang sudah meninggal namun belum ke surga, tetapi masih ada di api penyucian. Untuk mereka inilah kita berdoa hari ini
- Gereja yang sudah Jaya, yaitu mereka yang sudah berada di surga bersama para orang kudus dan para malaikat mengelilingi Tahta Allah Bapa, Tuhan kita Yesus Kristus.
Markus 12: 26-27: Dan juga tentang bangkitnya orang-orang mati, tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam ceritera tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar sesat!"

Mengenai bagaimanakan para jiwa-jiwa gereja yang menderita ini ada diceritakan oleh seorang mistikus gereja yang mengalami langsung pertemuan dengan mereka yakni Maria Simma, yang sudah dibukukan dengan Judul "Bebaskan kami dari Sini".
Demikianlah ringkasan khotbah Romo pagi ini di gereja paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Kota Wisata,
Cibubur.
Minggu, 13 Oktober 2013
Mengucap Syukur adalah Pengganda yang Dahsyat
Senin, 01 Februari 2010
H O M I L I - Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
-->
MINGGU BIASA IV/C/2010
31 Januari 2010
Yer 1:4-5.17-19 1 Kor 12:31-13:13 Luk 4:21-30
PENGANTAR
Injil Lukas yang akan kita dengarkan hari ini (Minggu Biasa IV) adalah lanjutan Injil Lukas yang telah kita dengarkan Hari Minggu lalu >(Minggu Biasa III). Minggu lalu Lukas menceriterakan penampilan dan
pengenalan diri Yesus di hadapan sesama penduduk Nasaret. Yesus
mengakui diri-Nya sebagai tokoh yang digambarkan tugasnya sebagai
Alamsih oleh Yesaya. Hari ini diceriterakan reaksi negatif sesama penduduk Nasaret terhadap Yesus. Marilah kita mencoba menangkap apa yang ingin disampaikan Lukas tentang sikap kita terhadap Yesus. Mereka dahulu belum orang kristen, sedangkan
kita sekarang sudah dibaptis menjadi murid Yesus Kristus.
HOMILI
Apa yang dilakukan Yesus sebagai Almasih, seperti menolong
orang miskin, menyembuhkan orang buta, membebaskan orang tawanan dan
tertindas, - semuanya yang dilihat sebagai mukjizat itu
diselenggarakan- Nya tidak dilakukan di Nasaret. Orang-orang di Nasaret
heran mengapa tidak dilakukan di Nasaret tempat asal dan tinggal-Nya.
Menghadapi keadaan itu Yesus berkata: “Sungguh tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya”. Kuasa dan kemampuan-Nya untuk mengadakan mukjizat tidak dilakukan-Nya
di kalangan sesama penduduk Nasaret, tetapi di daerah sekitarnya.
Sebagai contoh Ia menyebut Nabi Elia dan Nabi Elisa. Mereka itu bukan
menolong orang-orang
orang-orang asing: seorang janda dari Sarfat-Sidon dan Naaman dari
Siria, kedua-duanya di luar daerah
Seperti dialami oleh Nabi Elia dan Nabi Elisa, Yesus sebagai nabi
mengalami sendiri, bahwa apa yang Ia katakan atau ajarkan tidak
diterima oleh orang-orang Nasaret, sebab tidak disertai bukti mukjizat
sebagai tanda kehebatan dan kebesaran-Nya, yang telah diperlihatkanNya
di Kaparnaum. Apalagi Yesus adalah orang biasa, tidak lebih daripada
anak Yusuf, seorang tukang kayu, termasuk golongan kelas rendah dalam
masyarakat. Bagaimana mungkin kata-kata orang semacam itu dapat
diterima. Yesus ditolak!
Dari segi lain, - dan inilah rupanya yang ingin disampaikan oleh Lukas
kepada para pembaca Injilnya - , Yesus tidak dapat menyelenggarakan
perbuatan dan karya-Nya yang agung dalam menghadapi orang-orang yang
sikap dirinya tertutup, curiga serta tidak percaya kepada-Nya.
Bila orang-orang siapapun berkumpul dan bersama-sama tidak mau
menerima, memahami dan menolak pandangan atau tawaran pendapat orang,
maka mereka ini hanya mau menerima pandangannya sendiri dan menolak
tawaran kehendak baik dan kasih orang lain. – Bukankah keadaan dan
sikap seperti itu juga pernah bahkan kerapkali kita alami sendiri?
Bukankah situasi semacam ini sekarang pun merupakan situasi suasana dan
iklim masyarakat kita, di mana setiap pihak berpegang teguh pada
pendirian-nya sendiri, tertutup untuk saling terbuka untuk menerima
pandangan yang lain, bahkan disertai praduga dan kecurigaan? – Bukankah
situasi semacam itu pun tak jarang di dalam lingkungan keluarga-keluarga
kita?
Orang-orang di Nasaret tidak mau meninggalkan sikap posesif,
atau sikap “hanya akulah yang benar” terhadap Yesus. Karena itu ketika
Yesus menunjukkan apa yang dilakukan oleh Nabi Elia dan Elisa, “sangat marahlah semua orang yang dirumah ibadat itu” dan
mengusir Dia, bahkan mau membunuh-Nya. Yesus dikritik habis-habisan,
justru karena mau mengajak setiap orang membuka hati kepada orang-orang
kecil. Kejujuran dan keterbukaan hati-Nya justru menghadapi perlawanan,
yang membawa-Nya mati di salib! Injil hari ini menunjukkan kepada
kita, bahwa memiliki suatu pandangan dan sikap hidup yang universal
atau luas dan menyeluruh tidaklah mudah! Yesus ditolak karena Ia menunjukkan kejiwaan besar dan kemurahan hati, khususnya kepada orang-orang pinggiran.
Berhadapan dengan Yesus yang berjiwa besar, murah hati dan berpandangan
luas itu, kita mengakui bahwa kita sering berjiwa stis, irihati, kering
dan keras hati. Bagaimana kita dapat mengakui kesucian Yesus, kalau
kita sendiri tidak mampu mengakui kelemahan diri kita sendiri. Seperti
dialami dan dimiliki oleh orang-orang Nasaret, kita kurang sadar bahwa
kita memilik kebutaan hati. Salah satu ciri kebutaan hati ialah sikap posesif, nafsu memiliki, memiliki untuk diri sendiri.
Yesus sendiri. Ciri nabi yang sejati ialah tahu dan mau mengatasi
batas-batas pandangan dan kepentingan diri sendiri dan tidak
membeda-bedakan orang-orang sesama.
Jakarta, 31 Januari 2010
Salam & Doa
Alexander Yusup
Senin, 11 Januari 2010
Hari Raya Pembabtisan Tuhan
"Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." (Luk 3, 22)
Minggu 10 Jan 2010 adalah hari raya Pembantisan Tuhan. Yesus bersedia menyamakan dirinya dengan manusia berdosa denga dibabtis oleh Yohanes di sungai Yordan. Namun Yohanes sendiri telah mengatakan, bahwa setelah dia akan datang Mesias yang membabtis dengan api dan Roh Kudus.
Pada saat Yesus dibabtis, terkoyaklah langit dan Roh Kudus turun atasnya seperti burung merpati. Ini menandakan Yesuslah yang empunya Roh dan dengan kuasa Roh pula dia membabtis para murid. Dengan kuasa yang sama pulalah gereja saat ini membantis umatnya.
Sayangnya, seringkali kita mengabaikan betapa pentingnya pembabtisan dengan Roh Kudus yang kita telah terima pada saat dibabtis. Kita kurang memberi kesempatan pada Roh Tuhan untuk berkarya dalam diri kita. Kita seringkali melihat Baptis hanya sebagai pencurahan air dan lebih bersifat ritual.
Dengan baptis Yesus telah memilih kita menjadi anggota gereja yang berearti anggota Kerajaan Allah. Pilihan ini sangatlah khusus karena sabda Yesus “Bukan kamu yang memilih Aku melainnya Akulah yang memilih kamu” diteguhkan dengan pembabtisan. Itulah alasannya mengapa gereja juga menetapkan pembabtisan sebagai sakramen, sarana kasih Allah.
Dengan merenungkan Pembabtisan Tuhan semoga kita dapat:
- Menjadi lebih rendah hati, seperti Yesus yang mau dibabtis walaupun ia tidak berdosa
- Menghormati Roh Kudus yang dicurahkan kepada kita pada saat pembabtisan dan mendengarkan bisikanNya supaya ktia dapat melaksanakan kehendakNya
- Mendengarkan Sabda Yesus, karena Allah Bapa berkenan kepadaNya
Doa:
Yesus yang baik, ajarilah kami untuk menyerahkan diri sepenuhnya pada Roh-Mu yang Engkau curahkan bagi kami melalui sakramen babtis yang kami terima. Amin
sumber: khotbah Romo Michael Harsono di Paroki Keluarga Kudus, Misa ke-1, 10 Jan 2009
Senin, 16 November 2009
Kiamat – Hanya Bapa Yang Tahu, Anakpun Tidak!

Lalu apa tanggapan kita sebagai murid Yesus?
Yesus telah mengatakan:
"Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau: Lihat, Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan.. Hati-hatilah kamu! Aku sudah terlebih dahulu mengatakan semuanya ini kepada kamu." Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba. (Mrk 13:5-33).
Yang wajib kita lakukan adalah bahwa kita harus selalu waspada dan berjaga-jaga. Artinya setiap saat, setiap menit, setiap detik. Jangan satu saatpun kita terlepas dari rangkulan mesra Tuhan kita Yesus Kristus. Karena hanya dengan cara demikianlah kita akan selamat.
Untuk memastikan apakah 2012 akan kiamat, atau sebaliknya tidak akan kiamat sampai 2012, tidak ada ayng berhak, hanya Allah Bapa sendirilah yang mengetahuinya. Jadi kitapun tidak seharusnya bersikap bahwa tidak akan ada kiamat, dan bersantai saja. Untuk lebih mendalami marilah kita simak kembali Mrk 13, merenungkannya, dan memohon pertolongan Tuhan untuk menyelamatkan kita bila saat itu terjadi. Syaratnya kita musti waspada. Hal ini telah ditegaskan pula oleh Romo Thomas dalam khotbahnya pada Misa Pertama, Minggu 15 Nov 2009 di PKKC.
Mengakhiri tulisan ini saya ingin mengajak anda pengunjung blog
Yesus yang Baik, tuntunlah kami dengan Roh Kudusmu agar senantiasa memasrahkan segenap hidup kami setiap waktu. Janganlah ada satu detikpun dari hidup kami untuk tidak berada dalam rangkulan mesra tanganMu dan kuasa Hati Kudusmu. Amin
Bapa kami…
Salam Maria…
Kemuliaan…
By
Stefanus M Sitinjak
Selasa, 18 Agustus 2009
Aku di dalam Kristus dan Kristus di dalam Aku
Sabda Yesus ini menjadi dasar utama bagi pusat dari seluruh kehidupan iman dalam gereja Katolik, yakni Ekaristi. Dengan menerima hosti kudus dalam perayaan Ekaristi, maka kita benar-benar bersatu dengan Kristus. Persatuan dengan Kristus ini adalah dalam arti yang sebenarnya, dimana Kristus dalam rupa roti menyatu dengan sel-sel tubuh setiap orang yang menerimanya.
Jika Kristus hidup di dalam diri seseorang, maka seseorang itu seharusnyalah berpikir dan bertindak seperti Yesus. Yesus akan meraja di dalam hatinya dan selalu siap untuk melaksanakan sabdaNya. Dan sabdanya itu adalah supaya kita mengasihi sesama kita, saling mengasihi.
Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (1 Yoh 2:6)
Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita (1 Yoh 3:24)
Dengan kata lain, seseorang yang menerima Kristus haruslah hidup dalam Roh, sehingga Roh Kristuslah yang mengarahkan dan menguasai segenap hidupnya. Dengan cara inilah maka kehendak Allah akan terjadi pada diri kita dan kita menjadi sarana bagi perwujudan Kerajaan Allah di dunia. Demikian khotbah Rm Thomas pada hari Minggu lalu.
Lalu, apakah kita semua harus menjadi pengkhotbah? Apakah Kerajaan Allah itu tidak dapat dilihat dalam peristiwa sederhana dalam hidup sehari-hari? Ya, tentu saja…justru Yesus meminta kita agar menjadikan penyataan Kerajaannya melalui cara hidup kita sehari-hari:
• Kasih menjadi dasarnya
• Penyerahan diri dan segenap hidup pada penyelenggaraan Allah sebagai perwujudannya
• Percayalah Yesus akan melakukan hal-hal besar dalam hidup anda. Bersiaplah!
• Kita akan melihat dunia dengan kacamata Kristiani (Kasih, Kerendahan hati, kesabaran, belaskasihan, kemurahan)
Karena apa yang akan terjadi dalam hidup kita akan sangat ditentukan oleh ‘bagaimana kita melihat dunia’. Maka apabila kita melihat dunia dengan kaca mata Kristus, maka Kristus sang Maharaja yang Mahabesar itu akan berkarya dalam diri kita.
Apakah anda siap?
By
Stefanus M Sitinjak
Kamis, 25 Juni 2009
Mengapa Kamu Takut? Mengapa Kamu Tidak Percaya?

Yesus mengucapkan sabda ini kepada muridnya, waktu menyebrangi danau dan tiba-tiba angin topan menerpa perahu yang mereka tumpangi.
Salah seorang muridnya mengatakan: “"Guru, Engkau tidak peduli kalau kami binasa?”. Yesus menanggapi dengan tenang dan mengajukan pertanyaan di atas! “Mengapa kamu takut, dan tidak percaya?”. Lalu Yesus menghardik badai dengan mengatakan “diam”, dan danaupun tenang seketika.
Dalam mengarungi danau kehidupan, kitapun seringkali sangat ketakutan akan tekanan dan permasalahan hidup yang semakin menghimpit. Semakin kita merasa takut, semakin tertekan, semakin terhimpit dan semakin semuanya terasa sulit dan akan tenggelam. Dalam kondisi yang demikian orang yang tidak berpikir panjang dan tidak percaya pada Tuhan akan mengambil jalan pintas.
Depresi!
Itulah kata yang tepat menggambarkannya. Jalan pintasnya bisa mulai dari minum obat depresi hingga kemungkinan yang paling buruk. Tidak jarang pula kita malah mulai menyalahkan Tuhan.
Yesus dengan kuasanya yang tidak dapat kita pikirkan, yang meredakan badai seketika, juga akan berbuat hal yang sama pada kehidupan kita. Pertanyaannya adalah, apakah kita percaya, dan paling penting lagi “mempercayakan diri kepada-Nya sepenuhnya, 100%!”?
Bapa Suci Yohanes Paulus II, sangat akrab dengan peneguhan ini dengan ucapannya “Jangan takut, bukalah hatimu kepada Kristus!”.
Tulisan ini diinspirasi oleh khotbah Romo Harsono, pada misa pertama di gereja Keluarga Kudus Cibinong minggu lalu 21 Jun 2009.
Semoga meneguhkan! Amin
Ditulis oleh
Stefanus Manuntun Sitinjak for Lingkungan
Rabu, 17 Juni 2009
Perayaan Tubuh dan Darah Kristus

Hari Minggu 14 Jun 2009, minggu kedua setelah Pentakosta adalah Hari Minggu Perayaan Tubuh dan Darah Kristus. Perayaan ini memperingati bagaimana Yesus sendiri menetapkan Ekaristi dengan mengatakan “Yang makan tubuhKu akan hidup selama-lamanya”.
Dalam perayaan Ekaristi, seoang imam melakukan pagelaran untuk mengenang apa yang dilakukan Yesus pada perjamuan terakhir bersama para muridNya. Imam mengulangi perkataan Yesus waktu memecah roti sambil membagikannya kepada para murid seraya berkata “Terimalah dan makanlah, inilah tubuhKu yang dikurbankan bagimu!”. Setelah itu Imam mengulangi pula perkataan Yesus waktu mengangkat piala yang berisi air anggur seraya berkata “Terimalah dan minumlah, inilah piala darahKu, darah perjanjian baru yang kekal yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa”.
Bagainakah seharusnya umat menanggapi ucapan Yesus ini yang diperagakan oleh Imam? Pada waktu Imam mengatakan “ Terimalah dan makanlah, inilah tubuhKu…” umat sepantasnya melihat ke altar, memberi penghormatan sambil mengatakan dalam hati “Ya Tuhanku dan Allahku, bersemayamlah di dalam hatiku, kuatkanlah aku dengan tubuhMu yang kudus”. Demikian juga pada waktu Imam mengulangi perkataan Yesus dan mengatakan “Terimalah dan minumlah, inilah piala darahKu…” , umat sepantasnya menunjukkan sikap penghormatan, melihat ke altar dan menanggapi dalam hati “Ya Tuhanku dan Allahku, bersemayamlah di dalam hatiku, sucikanlah aku dengan darahMu yang kudus”.
Hal ini disampaikan salah seorang Romo dalam homilinya pada perayaan Tubuh dan Darah Kristus di Paroki Keluarga Kudus Cibinong, Bogor, Indonesia.
Peristiwa penyerahan tubuh dan darah Kristus, merupakan bukti cinta Allah yang tidak terbatas kepada manusia. Dia rela memberikan hidupNya supaya kita tidak mati tetapi hidup, dan bahkan hidup selamanya. Peristiwa ini masih tetap berlangsung dalam sakramen mahakudus “Ekaristi” yang dipersembahkan setiap hari di seluruh dunia.
Ekaristi merupakan rahmat Allah yang nyata dan amat besar yang diberikan kepada kita. Namun seringkali kita bahkan kurang menghargainya, dan menganggap Misa Kudus hanya sebagai peringatan perjamuan kudus. Bukan!
Pada saat konsekrasi dalam perayaan Ekaristi, roti dan anggur benar-benar diubah menjadi tubuh dan darah Kristus dalam arti yang sebenarnya. Banyak kejadian yang membuktikan hal ini. Salah satunya pernah terjadi di
Untuk itu, marilah kita menunjukkan rasa hormat yang dengan sepenuh hati dan jiwa kepada Sakramen Mahakudus, dan menerimanya dengan sikap yang pantas, sesering yang kita bisa (jika memungkinkan setiap hari).
Pada akhir tulisan ini, saya ingin mengajak anda berdoa:
Ya Yesus yang baik, bimbinglah kami agar dapat menerima tubuh dan darahMu yang kudus dengan pantas selama hidup kami, agar menyelamatkan dan menguatkan kami. Amin
Stefanus MS untuk St Louis Gn Putri,
http://lingkungansantolouis.blogspot.com
Senin, 20 April 2009
Pesta Kerahiman Ilahi

“Aku mau supaya ada pesta Kerahiman. Aku mau supaya gambar itu diberkati secara mulia pada hari Minggu pertama sesudah Paska. Hari Minggu ini harus menajdi PESTA KERAHIMAN”
Permintaan ini disampaikan oleh Yesus kepada St Faustina dari Polandia pada penampakan Yesus tanggal 22 Februari 1931. Permintaan Yesus ini baru terwujud pada tahun 2000, yang ditetapkan oleh Bapa Suci Yohanes Paulus II. Sejak saat itu gereja secara resmi merayakan Pesta Kerahiman ilahi.
Devosi kepada kerahiman ilahi dengan gambar kehariman Yesus, sesungguhnya merupakan devosi seumur hidup dari Paus Yohanes Paulus II. Bapak Paus menetapkan, bahwa barangsiapa yang setia melakukan devosi kerahiman ilahi dan menghormari gambar kerahiman ilahi, maka akan mendapatkan indulgensi (penghapusan dosa sebagian)
Pada khotbah Misa kedua di gereja PKK Cibinong pada tanggal
Dengan kerahiman ilahi Yesus memberikan “damai sejahtera” Nya kepada setiap orang. Damai sejahtera ini, hanya dapat diperoleh melalui rekonsiliasi dengan diri sendiri, dengan sesama, lingkungan dan dengan Tuhan. Maka dengan ini, manusia diminta untuk memohon pengampunan dosa kepada Tuhan dan mengakui kesalahan kepada sesama dan sekaligus memberikan pengampunan kepada sesama dan diri sendiri.
Pada waktu Yesus masuk ke rumah tempat para murid berkumpul dengan pintu terkunci dia menghembusi para murid seraya berkata ” Terimalah Roh Kudus, jika kamu katakan dosa seseorang diampuni, maka dosanya diampuni, jika kamu katakan dosanya tetap maka dosanya tetap”. Perkataan Yesus ini menegaskan bahwa Yesus sendiri telah melihat bahwa dunia penuh dengan dosa.
Keadaan berdosa merupakan keadaan yang harus ditinggalkan oleh manusia. Maka Yesus mengutus para murid untuk memberikan pengampunan kepada manusia. Hal inilah yang mendasari bagaimana para Imam diberi kuasa untuk mengampuni dosa dan sekaligus sebagai jaminan bahwa barang siapa yang mengakukan dosanya kepada seorang imam, maka sosanya diampuni.
Dosa merupakan penghalang utama dari damai sejahtera, dan sebaliknya pertobatan dan rekonsiliasi adalah pintu utama menuju damai sejahtera. Dengan Pesta Kerahiman Ilahi, Allah memberi kesempatan yang sebesar-besarnya bagi kita untuk bertobat, yang berarti membuka pintu sebesar-besarnya bagi kita menuju damai sejahtera itu.
Mengakhiri artikel ini, saya ingin mengajak anda semua untuk merenungkan sabda Yesus ini dan berdoa memohon damai sejahteraNya.
Damai Sejatera kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti apa yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu (Yoh 14,27).
YESUS AKU BERHARAP PADAMU
Selasa, 23 September 2008
Upahmu 1 Dinar!
Minggu 21 September 2008, bacaan injil Mat 20:1-16a, tentu anda mungkin masih ingat bagaimana Yesus megumpamakan Kerajaan Surga seperti pemilik kebun anggur yang mencari para pekerja dari pagi-pagi sekali sebelum jam delapan, kemudian jam 9, siang hari, jam 3 hingga jam 5 sore.
Setelah jam 6 jam bekerja telah selesai, maka pemilik kebun anggur memberi memanggil pekerja yang mulai bekerja jam 5 dan memberina 1 dinar, demikian hinga dia memanggil orang yang telah bekerja dari pagi sekali dan juga memberinya 1 dinar. Ketika orang ini bersungut-sungut dan protes, dan berkata “Tuan, mengapa engkau memberi upah yang sama kepada orang yang hanya bekerja selama 1 jam dengan saya yang telah bekerja seharian untukmu dan harus menahan panas terik?” Pemilik kebuh anggur menjawab “Bukankah kita telah sepakat bahwa upahmu adalah satu dinar sehari? Bukankan aku mempunyai kebebasan untuk menggunakan uangku? Irikah engkau karena aku murah hati?”.
Bagi kita manusia normal juga kemungkikan besar akan mengatakan hal serupa bila kita yang mengalaminya. Apalagi di jaman sekarang ini, orang pasti mengatakan bahwa hal ini telah mengabaikan rasa keadilan.
Namun, Santo Paulus telah melakukan hal sebaliknya. Dia mengatakan bahwa kematian adalah keuntungan baginya, dan hidupnya adalah bersama Kristus. Kita tahu bahwa Santo Paulus telah banyak sekali menderita sepanjang karyanya menyebarkan injil, termasuk dipenjara, disesah, dihina dan lain sebagainya (bdk 2Kor 11, 23-27). Namun Santo Paulus dengan sangat patuh melakukan tugasnya tanpa mengenal lelah dan tidak pernah mengeluh. Itulah yang menyebabkan dia sangat berharaga di mata Tuhan dan telah memberi Palus hadiah yang sangat besar
Nah sekarang kembali kepada diri kita sendiri, kita seringkali mengeluh kepada Tuhan, dan keluhan itu telah membatalkan hadiah berikutnya yang seharusnya masih akan kita terima. Karena dengan keluhan ini, kita menjadi bersikap negative dan enggan untuk melakukan pekerjaan baik berikutnya.
Tuhan selalu berbuat adil, dan Dia mengatakan bahwa rancanganNya jauh di atas pemikiran manusia. Yang harus kita lakukan adalah bekerja dan bersyukur dalam segala hal. Maka rencana dan kehendak Tuhan yang indah itu akan terjadi pada diri kita. Dia telah dengan bermurah hati memberi kita waktu dan kesempatan untuk hidup di dunia ini, maka yang Allah kehendaki adalah supaya kita berbuah, bukan mengeluh. Bagaimanapun buah yang baik pasti ada harganya. Dan semakin banyak berbuah, pohon akan semakin berharga, demikian juga kita.
Untuk itu marilah kita hidup bukan untuk gaji dan upah tetapi untuk karya itu sendiri yang telah ditugaskan Tuhan kepada kita. Hal ini memang berat, tetapi itulah yang dikehendaki Tuhan dari kita. Dia menginginkan kita berbuah dan berbuah. Dan buah ini akan menjadi lebih banyak jika kita senantiasa BERSYUKUR dan BERKARYA. Dan semuanya itu akan membawa kemuliaan bagi Tuhan, kepada siapa perjalana kita sedang tertuju. Jika sudah terlambat, kita tidak lagi bisa berbuat apa-apa. Mari kita lakukan sekarang! (Amin)
Ditulis oleh:
Stefanus M Sitinjak (Lingkungan St Louis Gn Putri)
Minggu, 24 Agustus 2008
Apakah Arti Sebuah Nama?
Setelah sekian lama tidak posting ke blog ini, pada kesempatan ini saya ingin meringkas kembali, khotbah yang disampaikan oleh Romo Michael, pastor baru di Paroki Keluarga Kudus Cibinong, Keuskupan Bogor.
Chingaleieun (Singalion) atau Cecep Gorbachev, itu adalah nama anak dari masing-masing pasangan China-Sunda dan Rusia-Sunda. Demikian Pastor Michael memulai khotbahnya sore ini Minggu 24 Aug 2008. Umat jadi agak ramai sebentar mendengar nama yang lucu-lucu dan aneh tersebut.
Ternyata pilihan nama dapat sangat berarti, termasuk bagi Yesus ketika Ia bertanya “…menurut kamu siapakah Aku ini?” Lalu Simon menjawab “Engkau adalah Mesias Putera Allah yang hidup” (Mat
Demikian juga dengan nama orang Katolik, yang biasanya diberi nama Baptis. Walaupun menurut kanonik bahwa orang katolik boleh mempunyai nama baptis dan boleh tidak. Tetapi alangkah baiknya bila kita memiliki nama Baptis, karena dengan nama itu seseorang diharapkan akan berusaha meneladani kesetiaan dan jalan hidup dari orang suci yang menjadi pemilik nama itu.
Menurut hemat saya orang Katolik pantas berbahagia bahwa mereka boleh memiliki nama babtis atau nama pelindung, karena selain orang yang dianugerahi nama itu akan berusaha meneladani orang atau malaikat suci pemilik asli nama tersebut, sesungguhnya penyandang nama Baptis itu akan mendapatkan doa dan perlindungan dari orang atau malaikat suci pemilik asli nama itu.
Alangkah baiknya pula bila kita mempelajari sejarah kehidupan dari tokoh yang manamanya menjadi nama pelindung kita. Katakan saja Santo Michael misalnya yang merupakan Malaikat Agung dan Kepala Penghuni Surga. Santo Michael diberi kehormatan dan kuasa yang sangat besar oleh Allah karena kesetiaan dan kerendahan hatinya saat membela Allah terhadap pemberontakan Lucifer. Lucifer dan pasukannya tidak berdaya di hadapan Santo Michael yang terkenal dengan ucapannya yang penuh kerendahan hati ”Siapa seperti Allah?” dan ”semoga Allah menghardiknya”. Santo Michael, tidak mengucapkan kata-kata yang kejam menusuk kepada Lucifer atas pemberontakannya, tetapi hanya mengucapkan kata-kata seperti di atas.
Nah, mari kita mengenal dengan lebih baik Santo dan Santa pelindung kita, baik yang namanya kita peroleh melalui Sakramen Permandian, Sakramen Krisma, maupun kesempatan lainnya.
Terimakasih atas perhatiannya, dan silahkan memberi komentar!
Salam,
Stefanus Manuntun Sitinjak
Ps. Stefanus adalah nama pelindung saya saat menerima Sakramen Krisma di Keuskupan Agung Pontianak, Kalimantan Barat. Saya tidak mempunyai nama Baptis, seperti layaknya kebanyakan umat dari daerah saya di Samosir, Sumatera Utara. Saya mohon doa anda supaya sayapun dapat meneladani Santo Stefanus yang adalah martir pertama.
Jumat, 18 Juli 2008
Tanah Semacam Apakah Saya?
Demikianlah Yesus menyampaikan perumpamaan tentang firman yang diibaratkan sebagai benih, dan manusia yang mendengar firman itu sebagai tanah .
Penjelasan Yesus kepada para murid menegaskan bahwa benih yang jaruh di pinggir jalan adalah firman yang disampaikan kepada orang, namun tidak memahaminya atau tidak berusaha memahaminya sehingga tidak pernah tumbuh sama sekali. Benih yang tumbuh di tanah berbatu adalah orang yang mendengar kemudian begitu senang, tetapi ketika penindasan atau pengucilan datang karena firman itu, maka dengan mudah dia akan murtad.
Benih yang tumbuh di tengah semak duri adalah orang yang mendengarkan firman, bertumbuh sebentar, namun kekuatiran dan nafsu kekayaan duniawi menghimpitnya sehingga firman itu tidak pernah berbuah. Dan yang terakhir adalah benih yang jatuh di tabah yang baik yakni orang yang mendengarkan firman, berusaha memahaminya dan tentu saja melaksanakannya. Buah yang dihasilkan adalah berupa pikiran, perkataan dan perbuatan baik yang dilaksanakan hanya demi kemuliaan nama Tuhan, sehingga banyaklah jiwa-jiwa yang terselamatkan oleh karyaNya dan nama Tuhan semakin ditinggikan.
Setelah mendengarkan bacaan itu pada misa ketiga hari Minggu lalu 13 Juli 2008 di gereja Paroki Keluarga Kudus Cibinong, sayapun bertanya kepada diri sendiri, tanah seperti apakah saya? Yang jelas belum menjadi tanah yang baik.
Menurut hemat saya, jenis-jenis tanah yang dijelaskan Yesus merupakan tingkatan kemauan seseorang untuk memahami dan melaksanakan firman Tuhan. Tentu saja setiap kita, sebagai murid Yesus, harus selalu berusaha seperti tanah yang baik dan berbuah seratus kali atau seribu kali lipat. Namun permasalahan duniawi, kesulitan ekonomi, nafsu dan keinginan duniawi yang seringkali mengemuka, kita sadari atau tidak telah menjadi duri-duri yang menghimpit pertumbuhan iman kita.
Namun sesungguhnya, tingkat keberhasilan usaha kita untuk keluar dari himpitan tersebut akan sangat tergantung kepada sikap iman kita. Bila kita berserah kepada Tuhan dan mengatakan dengan sepenuh hati “Jadilah kehendakMu atas hidupku”, maka pikiran kita akan lebih terbuka dan hati kita akan dikuasai oleh kebaikan Allah. Sebab hanya di dalam Yesuslah kita akan berbuah. Kita tidak pernah dapat berbuah dengan kemampuan kita sendiri (Yoh 15:1-8).
Sesungguhnya setiap orang hadir di dunia telah direncanakan oleh Tuhan, dan rencanaNya itulah yang terbaik. Untuk itu sudah sepatutnya bila kita senantiasa berserah kepada Tuhan dan menerima KehendakNya dalam hidup kita. Hanya dengan cara itulah kita akan berbuah banyak, seperti yang difirmankan oleh Yesus.
Saya jadi teringat dengan sebuah doa di dalam buku Puji Syukur oleh Charles de Foucauld:
”Bapa kuserahkan diriku ke dalam tanganMu. Lakukanlah atas diriku apa yang Kaukehendaki. Apapun yang Kauperbuat, aku bersyukur kepadaMu. Aku siap untuk segalanya. Biarlah hanya kehendakMu yang terlaksana dalam dalam diriku dan dalam semua ciptaanMu.
Itulah, ya Tuhan, yang kuharapkan, tidada yang lain. Kedalam tanganMu kuserahkan nyawaku, kepadaMu kupersembahkan hidupKu dengan segenap cinta yang membara dalam hatiku, sebab aku mencintaiMu, ya Tuhan. Oleh karena itu kuberikan diriku, kuserahkan diriku ke dalam tanganMu, tanpa syarat dan dengan kepercayaan tapa batas, sebab Engkau adalah Bapaku (Amin).”
Senin, 09 Juni 2008
Beranikan Kita ?
Beranikah Kita? (Ringkasan Homili Rm Eeng 080608)
Minggu 8 Juni 2008, saya ikut misa ketiga di gereja Paroki Keluarga Kudus Cibinong. Misa dipimpin oleh Romo Robertus Eeng Gunawan. Inti dari khotbah yang beliau sampaikan adalah bahwa kita harus berani seperti Yesus tidak memilih-milih dalam bergaul dan berteman. Tidak memikirkan untung rugi, tetapi justru mengusahakan bergaul dengan orang-orang kecil dan tersingkirkan.
Setelah di rumah saya membaca kembali lembaran “Warta”, yakni lembaran yang menyebut diri sebagai “Media Komunikasi PKKC”, dimana Romo Eeng selalu menulis pada halaman-2. Saya membaca tulisan itu dan saya semakin berusaha menyimak apa yang beliau sampaikan. Dengan tulisan Romo Eeng, bagi saya semakin jelas, apa yang beliau sampaikan pada khotbah beliau.
Didasari oleh Injil Matius (9:9-13), kita hendak dicerahkan dan didorong untuk berani melakukan apa yang berkenan kepada Allah, dan tidak semata apa yang berkenan kepada manusia. Manusia sangat suka dengan sesuatu yang hebat, sesuatu yang membuat dirinya terkenal, menjadi seseorang yang dikagumi. Bahkan bergaul dengan seseorang yang dikagumi seringkali menjadi rebutan banyak orang. Mengidolakan para artis dan selebritis, bahkan ada program nginap dengan selebritis, dan seterusnya.
Pertanyaannya apakah kita mau seperti Yesus mau bergaul dengan orang-orang yang terlupakan, orang-orang miskin dan orang-orang berdosa? Inilah tantangan yang diberikan Yesus kepada kita sebagai pengikutnya. Karena hanya dengan cara inilah kita akan menjadi berkat bagi sesama. Dengan berbuat hal yang demikian kita akan memberi warna baru bagi dunia, yakni warna yang dipenuhi dengan cinta kasih dimana Tuhan hadir.
Semoga kita segenap warga Lingkungan Santo Louis berani menjadi pengikut Kristus yang sejati, menjadi kabar gembira bagi semua orang, terutama orang-orang kecil dan terlupakan. Amin.
Oleh: Stefanus M Sitinjak
Selasa, 26 Februari 2008
Air Kehidupan - Khotbah Rm Eeng
Ringkasan Khotbah Romo Eeng Gunawan pada Misa ke-3 di Gereja PKKC, Minggu 24 Februari 2008 (Hari Minggu Prapaskah ke 3) ditulis oleh : M Sitinjak Thema : Air Kehidupan Prologue Setiap makhluk hidup memerlukan air untuk kehidupannya. Manusia biasanya lebih kuat menahan lapar dari pada menahan haus. Bahkan menurut ilmu kedokteran 60% hingga 90% dari tubuh manusia terdiri dari air, tergantung dari umur. Jadi wajar saja kalau menahan haus itu jauh lebih sulit. Inti Khotbah Khotbah Minggu ini berbicara tentang air kehidupan, yakni Roh Kudus yang menjadi pusat dari kehidupan rohani orang Katolik. Bacaan injil yang cukup panjang dari injil Yohanes (4: 5-42) bercerita tentang pembicaraan Yesus dengan seorang wanita Samaria di sumur Yakub. Kita diingatkan apakah sebagai orang Katolik kita selalu menyadari akan pentingnya kehadiran Roh Kudus di dalam hati kita. Tanpa Roh Kudus, kehidupan rohani akan kering dan terasa hampa. Seperti hujan menyirami tanaman dan membuatnya menjadi subur, demikianlah roh kudus menyirami kehidupan rohani kita, membuatnya subur dan menghasilkan buah kebenaran. Yesus mengatakan bahwa Bapa menghendaki kita menyembahnya dalam kebenaran dan roh. Artinya, doa kita akan lebih didengarkan apabila kita berdoa dalam bimbingan Roh Kudus. Pertanyaannya adalah, bagaimana kita dapat menerima Roh Kudus dan berkomunikasi dengannya? Kita sebenarnya sudah menerimanya pada saat kita dibabtis dan dalam sakramen lainnya. Masalahnya adalah, apakah kita merawatnya, sehingga Dia semakin berkembang di dalam hati kita dan menjadi mata air kehidupan sperti dikatakan Yesus? Kita sebagai orang beriman, wajib merawat Roh Kudus yang telah kita terima itu supaya Ia tetap tinggal di dalam hati kita dan bahkan kehadirannya semakin mewarnai dan merajai kehidupan kita. Diingatkan bahwa doa, puasa dan perbuatan amal merupakan cara yang baik dalam merawat dan membina hubungan yang baik dengan Roh Kudus. Apalagi kalau kita menyatakan kesungguhan kita untuk memperbaiki diri, meterima sakramen tobat dan menunjukkan pertobatan kita dalam kehidupan nyata. Penutup Semoga kita semakin giat merawat mata air kehidupan yakni Roh Kudus di dalam hati kita sehingga kehidupan rohani kita akan semakin subur dan menghasilkan buah yang melimpah, yang dapat dirasakan oleh sesama dan menjadi persembahan yang indah bagi kemuliaan Tuhan. Amin. (catatan: apabila ada kesalahan mohon diberi koreksi dan masukan) |