Minggu 21 September 2008, bacaan injil Mat 20:1-16a, tentu anda mungkin masih ingat bagaimana Yesus megumpamakan Kerajaan Surga seperti pemilik kebun anggur yang mencari para pekerja dari pagi-pagi sekali sebelum jam delapan, kemudian jam 9, siang hari, jam 3 hingga jam 5 sore.
Setelah jam 6 jam bekerja telah selesai, maka pemilik kebun anggur memberi memanggil pekerja yang mulai bekerja jam 5 dan memberina 1 dinar, demikian hinga dia memanggil orang yang telah bekerja dari pagi sekali dan juga memberinya 1 dinar. Ketika orang ini bersungut-sungut dan protes, dan berkata “Tuan, mengapa engkau memberi upah yang sama kepada orang yang hanya bekerja selama 1 jam dengan saya yang telah bekerja seharian untukmu dan harus menahan panas terik?” Pemilik kebuh anggur menjawab “Bukankah kita telah sepakat bahwa upahmu adalah satu dinar sehari? Bukankan aku mempunyai kebebasan untuk menggunakan uangku? Irikah engkau karena aku murah hati?”.
Bagi kita manusia normal juga kemungkikan besar akan mengatakan hal serupa bila kita yang mengalaminya. Apalagi di jaman sekarang ini, orang pasti mengatakan bahwa hal ini telah mengabaikan rasa keadilan.
Namun, Santo Paulus telah melakukan hal sebaliknya. Dia mengatakan bahwa kematian adalah keuntungan baginya, dan hidupnya adalah bersama Kristus. Kita tahu bahwa Santo Paulus telah banyak sekali menderita sepanjang karyanya menyebarkan injil, termasuk dipenjara, disesah, dihina dan lain sebagainya (bdk 2Kor 11, 23-27). Namun Santo Paulus dengan sangat patuh melakukan tugasnya tanpa mengenal lelah dan tidak pernah mengeluh. Itulah yang menyebabkan dia sangat berharaga di mata Tuhan dan telah memberi Palus hadiah yang sangat besar
Nah sekarang kembali kepada diri kita sendiri, kita seringkali mengeluh kepada Tuhan, dan keluhan itu telah membatalkan hadiah berikutnya yang seharusnya masih akan kita terima. Karena dengan keluhan ini, kita menjadi bersikap negative dan enggan untuk melakukan pekerjaan baik berikutnya.
Tuhan selalu berbuat adil, dan Dia mengatakan bahwa rancanganNya jauh di atas pemikiran manusia. Yang harus kita lakukan adalah bekerja dan bersyukur dalam segala hal. Maka rencana dan kehendak Tuhan yang indah itu akan terjadi pada diri kita. Dia telah dengan bermurah hati memberi kita waktu dan kesempatan untuk hidup di dunia ini, maka yang Allah kehendaki adalah supaya kita berbuah, bukan mengeluh. Bagaimanapun buah yang baik pasti ada harganya. Dan semakin banyak berbuah, pohon akan semakin berharga, demikian juga kita.
Untuk itu marilah kita hidup bukan untuk gaji dan upah tetapi untuk karya itu sendiri yang telah ditugaskan Tuhan kepada kita. Hal ini memang berat, tetapi itulah yang dikehendaki Tuhan dari kita. Dia menginginkan kita berbuah dan berbuah. Dan buah ini akan menjadi lebih banyak jika kita senantiasa BERSYUKUR dan BERKARYA. Dan semuanya itu akan membawa kemuliaan bagi Tuhan, kepada siapa perjalana kita sedang tertuju. Jika sudah terlambat, kita tidak lagi bisa berbuat apa-apa. Mari kita lakukan sekarang! (Amin)
Ditulis oleh:
Stefanus M Sitinjak (Lingkungan St Louis Gn Putri)
1 komentar:
keadilan versi ALlah seringkali berbeda dng keadilan versi manusia, iyakan...? dan seringkali tidak mudah memahaminya tetapi kita hanya diminta mengimaninya dan menerimanya. Begitukan saudara-saudariku ???
Posting Komentar