APP 2025 OMK: PERTEMUAN II – GEREJA DAN ORANG MUDA
Tujuan
Umat mencermati kesenjangan antara orang muda dan Gereja.
Doa Pembuka
Kata Pengantar
Selain masa depan Gereja, orang muda adalah masa kini Gereja. Hal ini menyiratkan bahwa orang muda memiliki peran penting dalam kehidupan Gereja sehingga Gereja seharusnya menjadi rumah yang nyaman bagi mereka. Tetapi, pada kenyataannya, idealisme seperti itu tidak terjadi. Orang muda sering kali hanya dijadikan objek reksa pastoral Gereja yang memakai kacamata orang dewasa. Kesenjangan antara orang muda dan Gereja tak terhindarkan. Orang muda merasa kurang didengarkan atau difasilitasi, bahkan dianggap kurang mampu berperan sehingga jarang dilibatkan. Dalam Pertemuan II ini kita akan mencermati kesenjangan antara orang muda dan Gereja di tempat tinggal kita.
Pendalaman Iman – Kisah Kehidupan
ORANG MUDA KATOLIK, MANA JATI DIRI LU?
Di tengah hiruk-pikuk himpitan arus globalisasi yang antara lain mengabaikan hal-hal prinsip dan substansial, Orang Muda Katolik Keuskupan Agung Kupang menggelitik diri dengan bertanya tentang jati dirinya. Dengan topik yang langsung menohok, diskusi setengah hari di Aula Blasius Paroki Santo Yoseph Naikoten itu mengesankan.
Ibarat oase di tengah padang gurun, diskusi dengan pola ‘Kick Andy’ yang dipandu moderator sekaligus ketua panitia, Agustinus Molan Tokan, memberi nuansa baru bagi sekitar 100 orang muda Katolik yang hadir. Terjawab sudah keinginan orang muda yang datang dari Paroki Kristus Raja Katedral Kupang, Santo Yoseph Pekerja Penfui, Santa Maria Asumpta, Santo Matias Rasul Tofa, Santa Familia Sikumana, Santo Gregorius Agung Oeleta dan Santo Yoseph Naikoten. Dari proses diskusi itu terungkap keinginan kuat agar Orang Muda Katolik Keuskupan Agung Kupang menunjukkan wajahnya, dan bukan sebaliknya tenggelam, apalagi tinggal nama dan tak dikenal.
Barangkali karena menilik keaktifan dan antusiasme peserta, Romo Tino Raring, Pr, Moderator Orang Muda Katolik Santa Maria Asumpta, berani memberi garansi bahwa wajah gereja lokal Keuskupan Agung Kupang di masa depan tak akan suram. Sebuah komentar yang tidak berlebihan lantaran orang muda yang hadir sepakat dan menyadari dirinya sebagai gereja dan tidak sekadar unsur pelengkap gereja.
Seperti dikatakan Gabby Busa, orang muda Katolik Paroki Santo Yoseph Naikoten, bukan saatnya lagi orang muda Katolik dipandang sebagai ‘pembantu’, petugas tukang parkir di paroki. Bila dibahasakan secara afirmatif, orang muda Katolik sejatinya menginginkan peran lebih; sumbangsih yang signifikan demi wajah gereja yang segar. Karena sesungguhnya, kecemasan dan harapan gereja adalah juga kecemasan dan harapan orang muda Katolik. Wajah gereja keuskupan, paroki, stasi, wilayah dan kelompok umat basis sesungguhnya terbaca pada gerak langkah orang muda Katolik.
Narasumber lain, Romo Patris Neonub, pendamping Seminari Tinggi Santo Mikhael Kupang, dengan sinis mengatakan bahwa faktanya orang muda Katolik hanya orang yang bisa dipersalahkan ketika ada yang tidak beres dalam gereja. Karena itu, menurutnya, butuh cara pandang baru tentang jati diri orang muda Katolik. Orang muda Katolik sejatinya adalah paroki khusus dengan warganya orang-orang muda Katolik yang dengan penuh kesadaran menjadi ragi, garam dan terang masyarakat sekitarnya. Jati diri yang demikian pertama-tama bukanlah konsep (kata benda) melainkan sebuah proses pencarian (kata kerja) yang mesti diupayakan dari hari ke hari.
Dalam konteks ini, Ketua Orang Muda Katolik Keuskupan Agung Kupang, Jimmy Wangge, meyakinkan teman-temannya agar terus berkreasi dan menunjukkan jati diri mulai dari lingkungan terkecil di rumah dan di kelompok umat basis. Menurutnya, orang muda Katolik sebaiknya tidak pertama-tama menanyakan apa yang pengurus buat tetapi apa yang dapat disumbangkan bagi kesegaran wajah gereja.
Romo Patris dan Romo Zakarias Angkasa (pendamping Orang Muda Katolik Naikoten) menyuguhkan pentingnya orang muda Katolik memiliki nilai-nilai yang sudah dianggap usang seperti kesetiaan, kejujuran, ketaatan dan kerja tanpa pamrih. Nilai-nilai ini apabila dihayati secara sungguh-sungguh akan membentuk karakter orang muda Katolik yang militan, tangguh dan menjadi pemimpin masa depan.
Harapan ini bukan mustahil diwujudkan. Mencermati proses diskusi yang diselingi beberapa lagu dan puisi buah karya peserta, Orang Muda Katolik Keuskupan Agung Kupang kiranya tidak perlu berkecil hati menatap masa depan. Dengan segudang talenta dan bakat serta komitmen memberi yang terbaik bagi gereja dan bangsa, Orang Muda Katolik Keuskupan Agung Kupang sanggup mengemban amanat menjadi pewaris tradisi dan nabi masa depan.
(Disadur seperlunya dari: https://kupang.tribunnews.com/2010/06/10/omk-mana-jati-diri-lu)
Bacaan Kitab Suci: 1 Samuel 16:1-13
Dialog Interaktif Berdasarkan Kisah Kehidupan dan Bacaan Kitab Suci
Setelah membaca Kisah Kehidupan, keinginan apakah yang diungkapkan oleh Orang Muda Katolik Keuskupan Agung Kupang dalam diskusi setengah hari di Aula Blasius Paroki Santo Yoseph Naikoten?
Fakta memprihatinkan apakah yang diungkapkan Gabby Busa (orang muda Katolik Paroki Santo Yoseph Naikoten) dan Romo Patris Neonub (pendamping Seminari Tinggi Santo Mikhael Kupang)? Bagaimana pendapat Anda mengenai fakta tersebut?
Dalam Bacaan Kitab Suci, apa yang menjadi pertimbangan Samuel ketika melihat Eliab sebagai calon yang diurapi Tuhan?
Mengapa Tuhan menolak pertimbangan Samuel tersebut?
Ada kesenjangan antara pilihan Allah dan pilihan Samuel. Apakah ada kesenjangan antara Orang Muda Katolik dan Gereja saat ini? Kemukakan pengalaman Anda!
Rangkuman
Animator merangkum pokok-pokok dialog interaktif.
Doa Penutup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar