Hari Minggu 14 Jun 2009, minggu kedua setelah Pentakosta adalah Hari Minggu Perayaan Tubuh dan Darah Kristus. Perayaan ini memperingati bagaimana Yesus sendiri menetapkan Ekaristi dengan mengatakan “Yang makan tubuhKu akan hidup selama-lamanya”.
Dalam perayaan Ekaristi, seoang imam melakukan pagelaran untuk mengenang apa yang dilakukan Yesus pada perjamuan terakhir bersama para muridNya. Imam mengulangi perkataan Yesus waktu memecah roti sambil membagikannya kepada para murid seraya berkata “Terimalah dan makanlah, inilah tubuhKu yang dikurbankan bagimu!”. Setelah itu Imam mengulangi pula perkataan Yesus waktu mengangkat piala yang berisi air anggur seraya berkata “Terimalah dan minumlah, inilah piala darahKu, darah perjanjian baru yang kekal yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa”.
Bagainakah seharusnya umat menanggapi ucapan Yesus ini yang diperagakan oleh Imam? Pada waktu Imam mengatakan “ Terimalah dan makanlah, inilah tubuhKu…” umat sepantasnya melihat ke altar, memberi penghormatan sambil mengatakan dalam hati “Ya Tuhanku dan Allahku, bersemayamlah di dalam hatiku, kuatkanlah aku dengan tubuhMu yang kudus”. Demikian juga pada waktu Imam mengulangi perkataan Yesus dan mengatakan “Terimalah dan minumlah, inilah piala darahKu…” , umat sepantasnya menunjukkan sikap penghormatan, melihat ke altar dan menanggapi dalam hati “Ya Tuhanku dan Allahku, bersemayamlah di dalam hatiku, sucikanlah aku dengan darahMu yang kudus”.
Hal ini disampaikan salah seorang Romo dalam homilinya pada perayaan Tubuh dan Darah Kristus di Paroki Keluarga Kudus Cibinong, Bogor, Indonesia.
Peristiwa penyerahan tubuh dan darah Kristus, merupakan bukti cinta Allah yang tidak terbatas kepada manusia. Dia rela memberikan hidupNya supaya kita tidak mati tetapi hidup, dan bahkan hidup selamanya. Peristiwa ini masih tetap berlangsung dalam sakramen mahakudus “Ekaristi” yang dipersembahkan setiap hari di seluruh dunia.
Ekaristi merupakan rahmat Allah yang nyata dan amat besar yang diberikan kepada kita. Namun seringkali kita bahkan kurang menghargainya, dan menganggap Misa Kudus hanya sebagai peringatan perjamuan kudus. Bukan!
Pada saat konsekrasi dalam perayaan Ekaristi, roti dan anggur benar-benar diubah menjadi tubuh dan darah Kristus dalam arti yang sebenarnya. Banyak kejadian yang membuktikan hal ini. Salah satunya pernah terjadi di
Untuk itu, marilah kita menunjukkan rasa hormat yang dengan sepenuh hati dan jiwa kepada Sakramen Mahakudus, dan menerimanya dengan sikap yang pantas, sesering yang kita bisa (jika memungkinkan setiap hari).
Pada akhir tulisan ini, saya ingin mengajak anda berdoa:
Ya Yesus yang baik, bimbinglah kami agar dapat menerima tubuh dan darahMu yang kudus dengan pantas selama hidup kami, agar menyelamatkan dan menguatkan kami. Amin
Stefanus MS untuk St Louis Gn Putri,
http://lingkungansantolouis.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar