Rabu, 10 Februari 2010

Hari Orang Sakit Sedunia

"Pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."
(1Raj 11:4-13; Mrk 7:24-30)

"Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar." (Mrk 7:24-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan `Hari Orang Sakit Sedunia' hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Mereka yang sedang menderita sakit hemat saya karena pengaruh `setan/roh jahat', entah yang secara langsung mempengaruhi pasien yang bersangkutan atau melalui orang lain. Maka untuk menyembukan mereka yang sedang menderita sakit baiklah kita meneladan perempuan Yunani, bangsa Siro-Fenisia, yang memohon Yesus, Tuhan, untuk mengusir setan dari anaknya. Memang sedikit banyak atau sebenarnya seseorang menderita sakit karena pengaruh lingkungan hidupnya, sesama dan saudara-saudarinya yang kurang atau tidak beriman, maka proses penyembuhan pasien hendaknya dimulai dari mereka yang merasa sehat alias keluarga pasien. Keluarga atau saudara-saudari dari pasien yang bersangkutan mungkin tidak sakit secara phisik, tetapi sedang menderita sakit secara spiritual (sakit hati atau sakit jiwa dan sakit akal budi). Meneladan perempuan Yunani, sebagaimana diwartakan dalam Injil hari ini, berarti lebih banyak berdoa atau meningkatkan dan memperdalam hidup doa, sehingga semakin mempersembahkan atau menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Kita, yang merasa sehat, dengan rendah hati mohon penyembuhan sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi kita. Kami percaya ketika keluarga pasien atau saudara-saudari pasien sungguh sehat dan segar bugar secara phisik dan spiritual, maka proses penyembuhan pasien akan berjalan lancar, mereka yang sakit segera sembuh. Pada `Hari Orang Sakit Sedunia' ini hendaknya kita semua mawas diri: apakah saya sedang menderita sakit (sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh), dan sekiranya sedang menderita sakit, marilah dengan rendah hati kita mohon penyembuhan dari Tuhan melalui saudara-saudari atau sesama kita, marilah kita saling mengasihi dan mengampuni dalam proses saling menyembuhkan.
• "Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapan-Ku yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu" (1 Raj 11:11), demikian firman Tuhan kepada Salomo, yang telah melakukan kejahatan bersama dengan isteri-isterinya. Aneka macam bentuk kejahatan memang akan berdampak atau berbuahkan perpecahan atau permusuhan; berbagai perpecahan atau permusuhan dipicu oleh kejahatan atau dosa. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri perihal kehidupan atau kerja bersama kita, entah di dalam keluarga/komunitas, masyarakat, tempat kerja, hidup beragama, dst.. Apakah kebersamaan sungguh dijiwai oleh persaudaraan sejati, sehingga kebersamaan tersebut memikat, menarik dan mempesona bagi orang lain? Ataukah dalam kebersamaan hidup dan kerja kita ada sesuatu yang kurang nyaman, sarat dengan ketegangan, nampak damai bagaikan dua rel yang tak pernah bersinggungan, dst..?; jika demikian adanya berarti setan atau roh jahat hidup dan berkarya dalam pribadi-pribadi yang barada di dalam kebersamaan hidup atau kerja tersebut. Marilah kita kembali ke perjanjian-perjanji an yang telah kita ikrarkan, karena segala perpecahan atau permusuhan dipicu oleh ketidak-setiaan atau ketidak-taatan pada perjanjian. Sebagai yang telah dibaptis kami harapkan kembali ke janji baptis, sebagai suami-isteri kami harapkan kembali ke janji perkawinan, sebagai pelajar atau pekerja kami harapkan kembali ke janji pelajar atau pekerja, sebagai pejabat kami harapkan kembali ke sumpah jabatan, dst.. Damai, kesejahteraan dan keselamatan akan menjadi nyata ketika semua pihak setia dan taat melaksanakan tugas pengutusan masing-masing dan menghayati janji yang pernah diikrarkan.

"Berbahagialah orang-orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di segala waktu! Ingatlah aku, ya TUHAN, demi kemurahan terhadap umat-Mu, perhatikanlah aku, demi keselamatan dari pada-Mu," (Mzm 106:3-4)
Jakarta, 11 Februari 2010

Diambil dari PKKC by I Sumarya 11Feb10

Senin, 01 Februari 2010

H O M I L I - Mgr F.X Hadisumarta O.Carm


-->
H O M I L I Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

MINGGU BIASA IV/C/2010
31 Januari 2010

Yer 1:4-5.17-19 1 Kor 12:31-13:13 Luk 4:21-30

PENGANTAR
Injil Lukas yang akan kita dengarkan hari ini (Minggu Biasa IV) adalah lanjutan Injil Lukas yang telah kita dengarkan Hari Minggu lalu >(Minggu Biasa III). Minggu lalu Lukas menceriterakan penampilan dan
pengenalan diri Yesus di hadapan sesama penduduk Nasaret. Yesus
mengakui diri-Nya sebagai tokoh yang digambarkan tugasnya sebagai
Alamsih oleh Yesaya. Hari ini diceriterakan reaksi negatif sesama penduduk Nasaret terhadap Yesus. Marilah kita mencoba menangkap apa yang ingin disampaikan Lukas tentang sikap kita terhadap Yesus. Mereka dahulu belum orang kristen, sedangkan
kita sekarang sudah dibaptis menjadi murid Yesus Kristus.


HOMILI
Apa yang dilakukan Yesus sebagai Almasih, seperti menolong
orang miskin, menyembuhkan orang buta, membebaskan orang tawanan dan
tertindas, - semuanya yang dilihat sebagai mukjizat itu
diselenggarakan- Nya tidak dilakukan di Nasaret. Orang-orang di Nasaret
heran mengapa tidak dilakukan di Nasaret tempat asal dan tinggal-Nya.
Menghadapi keadaan itu Yesus berkata: “Sungguh tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya”. Kuasa dan kemampuan-Nya untuk mengadakan mukjizat tidak dilakukan-Nya
di kalangan sesama penduduk Nasaret, tetapi di daerah sekitarnya.
Sebagai contoh Ia menyebut Nabi Elia dan Nabi Elisa. Mereka itu bukan
menolong orang-orang Israel bangsanya sendiri, tetapi justru
orang-orang asing: seorang janda dari Sarfat-Sidon dan Naaman dari
Siria, kedua-duanya di luar daerah Israel? Mengapa?

Seperti dialami oleh Nabi Elia dan Nabi Elisa, Yesus sebagai nabi
mengalami sendiri, bahwa apa yang Ia katakan atau ajarkan tidak
diterima oleh orang-orang Nasaret, sebab tidak disertai bukti mukjizat
sebagai tanda kehebatan dan kebesaran-Nya, yang telah diperlihatkanNya
di Kaparnaum. Apalagi Yesus adalah orang biasa, tidak lebih daripada
anak Yusuf, seorang tukang kayu, termasuk golongan kelas rendah dalam
masyarakat. Bagaimana mungkin kata-kata orang semacam itu dapat
diterima. Yesus ditolak!


Dari segi lain, - dan inilah rupanya yang ingin disampaikan oleh Lukas
kepada para pembaca Injilnya - , Yesus tidak dapat menyelenggarakan
perbuatan dan karya-Nya yang agung dalam menghadapi orang-orang yang
sikap dirinya tertutup, curiga serta tidak percaya kepada-Nya.

Bila orang-orang siapapun berkumpul dan bersama-sama tidak mau
menerima, memahami dan menolak pandangan atau tawaran pendapat orang,
maka mereka ini hanya mau menerima pandangannya sendiri dan menolak
tawaran kehendak baik dan kasih orang lain. – Bukankah keadaan dan
sikap seperti itu juga pernah bahkan kerapkali kita alami sendiri?
Bukankah situasi semacam ini sekarang pun merupakan situasi suasana dan
iklim masyarakat kita, di mana setiap pihak berpegang teguh pada
pendirian-nya sendiri, tertutup untuk saling terbuka untuk menerima
pandangan yang lain, bahkan disertai praduga dan kecurigaan? – Bukankah
situasi semacam itu pun tak jarang di dalam lingkungan keluarga-keluarga
kita?

Orang-orang di Nasaret tidak mau meninggalkan sikap posesif,
atau sikap “hanya akulah yang benar” terhadap Yesus. Karena itu ketika
Yesus menunjukkan apa yang dilakukan oleh Nabi Elia dan Elisa, “sangat marahlah semua orang yang dirumah ibadat itu” dan
mengusir Dia, bahkan mau membunuh-Nya. Yesus dikritik habis-habisan,
justru karena mau mengajak setiap orang membuka hati kepada orang-orang
kecil. Kejujuran dan keterbukaan hati-Nya justru menghadapi perlawanan,
yang membawa-Nya mati di salib! Injil hari ini menunjukkan kepada
kita, bahwa memiliki suatu pandangan dan sikap hidup yang universal
atau luas dan menyeluruh tidaklah mudah! Yesus ditolak karena Ia menunjukkan kejiwaan besar dan kemurahan hati, khususnya kepada orang-orang pinggiran.

Berhadapan dengan Yesus yang berjiwa besar, murah hati dan berpandangan
luas itu, kita mengakui bahwa kita sering berjiwa stis, irihati, kering
dan keras hati. Bagaimana kita dapat mengakui kesucian Yesus, kalau
kita sendiri tidak mampu mengakui kelemahan diri kita sendiri. Seperti
dialami dan dimiliki oleh orang-orang Nasaret, kita kurang sadar bahwa
kita memilik kebutaan hati. Salah satu ciri kebutaan hati ialah sikap posesif, nafsu memiliki, memiliki untuk diri sendiri.

Kita semua juga dipanggil menjadi nabi seperti Elia, Elisa, terutama seperti
Yesus sendiri. Ciri nabi yang sejati ialah tahu dan mau mengatasi
batas-batas pandangan dan kepentingan diri sendiri dan tidak
membeda-bedakan orang-orang sesama.
Jakarta, 31 Januari 2010

Salam & Doa
Alexander Yusup